PTM Terbengkalai, Rifki Baday : Miliaran Uang Negara Terbuang Percuma
PRABUMULIH, SS.CO.ID -- Sejak selesai dibangun beberapa tahun lalu, Pasar Tradisional Modern (PTM) terbengkalai dan tidak terawat. Padahal, bangunan tiga lantai tersebut menelan biaya puluhan miliar.
Di lantai dua gedung yang semula diperuntukkan sebagai kios pedagang Pasar Inpres itu kini kotor dan tidak terurus. Selain banyaknya tumpukan sampah juga bau pesing menyengat karena menjadi tempat buang hajat. Terlihat tak satupun kios ditempati para pedagang.
Akibat seluruh kios tidak dihuni pedagang, kini sebagian bangunan PTM tampak rusak dan bahkan terkesan angker.
Menanggapi hal itu, Ketua MPC Pemuda Pancasila Prabumulih, Rifki Baday SH MKn mengaku sangat menyayangkan kondisi PTM yang tak terawat. Padahal, pembangunan gedung tersebut sudah menelan anggaran hingga miliaran rupiah.
“Percuma kalau dibiarkan tak terurus, apalagi tidak sampai berfungsi,” ujarnya.
Ia mengaku banyak mendapatkan laporan terkait keluhan masyarakat khususnya pedagang mengenai kondisi pasar sejak PTM dibangun beberapa tahun lalu. Mereka mengaku tidak betah berjualan di kios PTM karena sangat sepi dan tidak ada pembeli.
“Begini jadinya kalau perencanaannya yang tidak matang.dan aspirasi pedagang tidak didengarkan oleh pemerintah. Gedung yang semula digadang-gadangkan bakal membuat pedagang dan konsumen dapat bertransaksi dengan nyaman, Tapi nyatanya tidak terbukti,” ujarnya.
Sebagai masyarakat, dia berharap gedung yang telah kokoh berdiri itu bermanfaat. Bukan hanya membangun gedung dengan nilai miliaran rupiah saja kemudian menelantarkannya.
“Ini buang-buang uang namanya, membuat bangunan seperti ini dengan dana banyak. Coba dananya diberikan pinjaman tanpa bunga atau bunga ringan ke pedagang, bisa lebih bermanfaat dan tidak mubazir jadinya,” terangnya.
Dirinya menilai, rencana pembangunan pasar itu tidak diiringi dengan rencana memfungsikan pasar itu untuk pedagang, sehingga dibiarkan telantar dan rusak.
“Seharusnya ada perencanaan yang matang saat membangun PTM, sehingga pelaku usaha betah di lokasi itu. Coba lihat kondisi PTM seperti apa sekarang, mau dipakai untuk apa juga tidak jelas malah terbengkalai,” terangnya.
Melihat hal tersebut, ia mengaku miris dan mempertanyakan tanggung jawab dari dinas terkait.
Pria yang akrab disapa Pakcik ini mengajak tokoh pemuda baik politisi maupun OKP yang ada di Prabumulih untuk bersama-sama menyuarakan dan berkontribusi terkait permasalahan ini, demi kepentingan masyarakat banyak.
"Tokoh pemuda bukan hanya mengurusi soal isu batubara semata, tapi ini (pasar) permasalahan yang nyata. Untuk itu saya mengajak tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan seluruh elemen tidak boleh tutup mata terkait permasalahan ini. Siapa yang harus bertanggung jawap dalam kerusakan pasar ini," bebernya.
Dibeberkannya, bertepatan dengan momen Pilkada ini, kita harus bisa mencari pemimpin yang mampu menuntaskan permasalahan itu sampai keakar-akarnya.
"Karena secara hukum harus ada yang bertanggung jawap atas rusaknya pasar itu, jelas terindikasi ada kerugian negara jadi siapa yang harus bertanggung jawap," pungkasnya.
Sementara itu, salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya mengatakan, sejak dibangun lantai 2 PTM tidak pernah ditempati oleh pedagang. Pedagang enggan menempati untuk berjualan karena sepi pengunjung.
“Pedagang menolak untuk direlokasi ke PTM dan memilih bertahan di lokasi awal. Lantaran pasar modern yang dibangun pemerintah sepi pembeli. Saat ini, banyak pedagang yang memilih berjualan diluar agar tidak bangkrut,” ucapnya.
Untuk itu, ia berharap pemimpin Prabumulih kedepan dapat mencarikan solusi yang terbaik sehingga PTM bisa menjadi salah satu motor penggerak ekonomi maupun sebagai pusat pembelanjaan yang nyaman bagi masyarakat.
“Karena sayang jika pasar yang sudah ada bangunannya dibiarkan terbengkalai begitu saya. Jadi harapan kami kepada pemimpin Prabumulih kedepan harus mencari solusi agar PTM bisa berfungsi sebagaimana mestinya,” tandasnya.
Post a Comment