UMKM Binaan Pertamina Ini Sulap Limbah Daun Nanas Jadi Kain Tenun Bernilai Jual Tinggi

Rita Mulyadi (52), Owner Rumah Busana Riady (sentra tenun serat daun nanas) merupakan mitra binaan PHRZ 4 Field Prabumulih sejak tahun 2022 lalu

PRABUMULIH, SS.CO.ID
– Berbagai langkah dilakukan PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 (PHRZ 4) Field Prabumulih dalam mendukung program pemerintah guna mensejahteraan masyarakat khususnya yang berada diwilayah kerjanya. Kontribusi PHRZ 4 Field Prabumulih saat ini dinilai sangat membantu masyarakat.

Keberadaan buah nanas yang melimpah hingga menjadi ciri khas Kota Prabumulih. Dengan luas lahan perkebunan nanas di Kota Prabumulih mencapai 18,110 hektare dengan jumlah produksi 45,574 ton. Tentu, hasil produksi nanas itu akan menyisakan tumpukan daun.

Melihat potensi itu, PHRZ 4 Field Prabumulih memberikan perhatian serius serta dukungan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) milik warga dalam mengelola serat daun nanas menjadi bahan tekstil ramah lingkungan dan bernilai tinggi secara ekonomi.

Salah satunya Rumah Busana “Riady” yang merupakan sentra tenun serat daun nanas beralamat di Jalan Cendrawasi RT. 05 RW. 02 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih.

Usaha yang dirintis sejak tahun 2008 itu, sempat mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnisnya akibat pandemi Covid 19 selama dua tahun, bahkan sempat terhenti dan terancam gulung tikar.

Namun sejak bergabung menjadi mitra binaan PHRZ 4 Field Prabumulih di awal tahun 2022 melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang mencakup program Corporate Social Responsibility (CSR), program Bina Lingkungan (BL) dan Program Kemitraan, usahanya kini semakin berkembang dan banyak pesanan dari luar daerah. Omsetnya pun terus bertambah seiring dengan upaya promosi yang dilakukan perusahaan.

“Alhamdulillah, sejak menjadi mitra binaan PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 (PHRZ 4) Field Prabumulih, Rumah Busana “Riady” mulai dikenal masyarakat. Dulu yang hanya menerima pesanan dari keluarga dan tetangga, kini banyak yang memesan dari luar kota, bahkan luar Pulau Sumatera. Selain itu produk hasil tenunnya juga ikut dipromosikan oleh PHRZ 4 Field Prabumulih diberbagai event nasional hingga Internasional.,” ungkap, Rita Mulyadi selaku Owner Rumah Busana “Riady”.

PHRZ 4 Field Prabumulih support UMKM Rumah Busana Riady

Diceritakannya, berawal dari melimpahnya buah nanas di Kota Prabumulih dan limbah daun nanasnya sering kali tidak dimanfaatkan. Ia bersama ibu rumah tangga (IRT) disekitarnya berinisiatif mengolah serat daun nanas tersebut menjadi aneka produk bernilai ekonomis.

“Kita ini, produksi serat nanas ini hanya hilirnya saja. Kalau, daun nanas menjadi serat memakai dekortikator adalah hulunya. PHRZ 4 Field Prabumulih menunjuk UMKM lainnya, juga mitra binaannya. Kalau kita memang sudah punya basic dan pengalaman di bidang tenun. Jadi kita paham memanfaatkan dan mengolah serat nanas menjadi beraneka produk bernilai jual seperti kain sebagai bahan baku, pakaian jadi, topi, tanjak, sandal dan lainnya,” ucapnya.

Rita menjelaskan, PHRZ 4 Field Prabumulih konsisten dalam pendampingan dan pelatihan dalam usahanya. Selain mendapatkan pendampingan, PHRZ 4 Field Prabumulih juga membantu dalam hal pemasaran sehingga dapat meningkatkan produksi yang berdampak positif juga bagi omsetnya.

“Dalam sehari kita menghasilkan 2 meter kain dan jika sebulan bahkan ada 40 meter kain. Harga kain permeternya Rp 250 ribu. Dari semua itu, penghasilan bersih kita dalam sebulan bisa mencapai Rp 7-8 juta,” jelasnya.


PHRZ 4 Field Prabumulih Ciptakan Peluang Kerja dan Pemerataan Ekonomi Dari Tingkat yang Paling Bawah

Buka peluang kerja bagi warga sekitar

Pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan yang dilakukan PHRZ 4 Field Prabumulih dengan membantu UMKM untuk naik kelas menjadi UMKM unggul dan mandiri melalui pengolahan serat nanas ini telah membuka peluang kerja bagi warga sekitar.

Rita pun mampu memberdayakan masyarakat sekitar untuk ikut membantu produksinya. Setidaknya terdapat 30 pekerja yang ikut membantunya sehari-hari. Mereka merupakan tetangga sekitar rumah Rita di mana mayoritas adalah para ibu rumah tangga.

“Pengelolaan serat nanas ini bisa menambah penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta mendorong kesadaran generasi muda dengan membuka peluang usaha ekonomi kreatif,” terangnya.

Para IRT yang menjadi penenun menggantungkan hidup dari pengolahan serat nanas ini untuk membantu ekonomi keluarga. Dengan upah perpotong (tenun) Rp150 ribu perdua meter, yang mampu dikerjakan selama dua hari. Dalam sebulan mereka mendapatkan penghasilan relatif lumayan bisa mencapai Rp 1-2 juta. Uang tersebut, cukup menambah penghasilan suaminya.

“Sekarang ada penghasilan sendiri sejak menjadi pengrajin tenun. Kalau satu hari bisa satu meter dengan bekerja mulai jam 8 pagi sampai 4 sore. Kadang seminggu dapat lima meter kain yang ditenun, kalau yang sudah biasa,” ucap Zulfa dan Samsia IRT yang bekerja di Rumah Busana “Riady”.


Sinergitas Dengan Pemerintah

Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan RI), Ir Harvick Hasnul Qolbi didampingi Walikota Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM meninjau budidaya tanaman Nanas dan pemanfaatan produk olahan nanas

Perhatian dan dukungan PHRZ 4 Field Prabumulih dengan menjadikan sebagai mitra binaan pelaku UMKM yang mengolah serat daun nanas hingga menjadi benang dan berbagai bentuk produk kerajinan diapresiasi mantan Walikota Prabumulih Ir H Ridho Yahya M.

"Kita apresiasi bahwa PHRZ 4 Field Prabumulih dengan membantu UMKM kelompok tani memanfaatkan daun nanas, yang selama ini selalu terbuang dimanfaatkan menjadi benda yang bernilai dan ekonomi," ujarnya.

Lanjutnya, diperlukan sinergitas dan upaya secara bersama khususnya dalam pengolahan serat nanas ini. Hal ini perlu dilakukan mengingat peran UMKM bagi perekonomian serta dalam peningkatan produksi yang kemudian berkontribusi bagi stabilisasi harga serta kesejahteraan masyarakat.

“Kini daun nanas yang biasanya hanya dijadikan sampah dan dibuang bahkan untuk pakan ternak, ternyata bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis,” terangnya.

Dikatakannya, Pemerintah Kota Prabumulih di masa kepemimpinannya, mengajak masyarakat memanfaatan limbah daun nanas menjadi serat benang yang nantinya dijadikan bahan pakaian dan produk yang inovatif lainnya.

“Contoh bahan dari serat daun nanas yang di produksi sendiri dikirimkan ke PT Sri Rejeki Isman (Sritex), Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk dilakukan penelitian. Selain itu sampel serat daun nanas juga dikirimkan ke Singapura dan dua negara Eropa dengan harapan menjadi daya tarik sebagai bahan pakaian sehingga bisa di ekspor keluar negeri,” tuturnya.

Bahkan, jelasnya lagi, serat daun nanas berdasarkan hasil uji laboratorium merupakan terbaik di dunia, tahan lama serta memiliki kekuatan yang bagus. Hal itu menurutnya, terlihat dari permintaan pasar Singapura, Malaysia dan Wilayah Eropa meminta Prabumulih untuk eksport serat nanas  2 ton perbulan.

“Negara-negara luar mampu menampung, artinya serat nanas Prabumulih bahkan Singapura meminta 2 ton serat nanas perbulan, tapi kita hanya mampu 2 kg, artinya ini pangsa yang sangat menarik dan memberikan kesempatan bagi usaha tenun,” terang walikota 2 periode ini.


Peran PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih

Produk hasil tenun Rumah Busana Riady semakin berkembang dan banyak pesanan dari luar daerah

Sejalan dengan upaya Pertamina memperkuat strategi untuk menurunkan emisi dalam menjalankan operasional secara ramah lingkungan (Pertamina Go Green) dan Pertamina perkuat langkah dan ekspansi bisnis mancanegara dari sisi Hulu sampai Hilir (Pertamina Go Global).

Comdev Officer CSR, Hengky Rosadi mengatakan, bahwa dalam menyelamatkan lingkungan, PHRZ 4 Field  Prabumulih sebelumnya berfokus ke Hulu, terkait pengelolaan nanas yang bahan bakunya sangat berlimpah. Ditahun 2021, sebut Hengky, PT Pertamina HRZ4 terus melakukan Pemberdayaan masyarakat di pemanfaatan serat daun nanas menjadi serat benang, dengan melakukan pendampingan, pelatihan dan memberikan bantuan berupa mesin Decorticator, atau mesin pemisah serat dan daging daun nanas.

“Program Hulu pengolaan daun nanas bermitra dengan kelompok tani Tunas Jaya itu, mengahsilkan serat benang yang bagus dan mampu menarik investor asing dari Singapura dan Taiwan,” ungkapnya.

Ditahun berikutnya, pihaknya memadukan dengan budaya lokal, dengan ikon Kota Prabumulih kan nanas. Rumah Busana “Riady” menjadi menjadi mitra yang tepat untuk menjalankan program tersebut.

“Pemilihan kelompok ini berdasarkan Social Mapping (Pemetaan Wilayah), untuk menggali potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni sesuai kebutuhan program,” ucapnya lagi.

Guna pengembangan pengolahan serat nanas ini, pihaknya telah memberikan bantuan alat penunjang kepada para UMKM diantaranya mesin dekotikator, atbm, pelatihan, mesin jahit, branding, pemasaran lewat website.

“Dukungan dan perhatian secara maksimal dalam pengolahan serat nanas ini supaya berhasil. Hal ini juga sebagai bentuk nyata Pertamina untuk terus membangun masyarakat yang lebih sejahtera, lebih makmur serta tetap menjaga kelestarian lingkungan,” pungkasnya. (RL)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.