Senjang, Warisan Budaya Tak Benda Masyarakat Musi Banyuasin

Oleh : Anggun Yuliana Mastura
(Mahasiswa Unja Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia)


Senjang merupakan kesenian khas yang berasal dari daerah Musi Banyuasin. Senjang tumbuh di kecamatan Sungai Keruh, dan kemudian menyebar di daerah sekitar seperti kecamatan Sekayu, Babat Toman, Bayung Lencir, Sangga Desa, serta menyebar ke pelosok Bumi Serasan Sekate. Senjang memiliki ciri khas, sehingga berbeda dengan kesenian daaerah lainnya. Karena ciri khasnya itulah, pertunjukan senjang selalu ramai penonton.

Senjang bisa dikatakan sebagai kesenian sastra lisan yang disajikan dalam bentuk pantun dan ditampilkan secara berpasangan disertai instrument musik. Asal mula dinamakan senjang karena dalam pertunjukannya antara tembang dan instrument musik tidak saling bertemu, di mana ketika tembang ditampilkan, maka instrument musik berhenti, begitu pula sebaliknya. Selain itu, Senjang merupakan media seni pertunjukan yang menghubungkan semua generasi, serta di dalam sebuah senjang biasanya berisi  berupa nasehat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira.

Kesenian senjang sering dipertunjukkan di acara adat, seperti acara perkawinan selain itu, senjang juga memiliki fungsi sebagai hiburan. Bahkan tak jarang pula, senjang sering diperlombakan baik di tingkat kecamatan maupun provinsi. Karena penyampaian yang menarik, membuat senjang banyak digandrungi oleh masyarakat sekitar. Selain memiliki fungsi hiburan dan adat, senjang juga memiliki fungsi untuk memberikan kritik dan saran kepada tokoh politik. Hal itu dikarenakan senjang sering ditampilkan di sebuah acara yang banyak dihariri oleh para pejabat daerah setempat. Kritik dan saran yang disampaikan dengan sopan, sehingga terkesan tidak menyinggung.

Di awal dijelaskan bahwasanya senjang disajikan dalam bentuk pantun. Oleh karena itu, struktur senjang pun hampir sama dengan struktur pantun. Seperti jumlah lirik dalam setiap bait hampir sama dengan pantun. Sedangkan dalam segi pertunjukannya memiliki perbedaan, yaitu jika pantun hanya ditampilkan begitu saja, sedangkan senjang lebih kompleks karena disajikan dengan iringan musik dan penampil senjang membawakan senjang dengan sedikit menari atau gerakan yang terstruktur. Selain itu, senjang juga selalu mengalami perubahan. Dahulu senjang diiringi dengan musik tanjidor, namun di masa sekarang senjang diiringi dengan musik melayu ataupun organ tunggal. Selain itu, dahulu syair dalam senjang dibuat secra otomatis saat senjang ditampilkan, namun pada saat sekarang syair senjang dibuat jauh hari sebelum senjang ditampilkan.

Senjang juga memiliki pola pada saat ditampilkan, yaitu bagian pembuka, bagian isi dan yang terakhir yaitu bagian penutup. Bagian pembuka berisi ucapan salam dan penghormatan kepada tamu undangan. Sedangkan pada bagian isi berisi pokok bahasan dalam sebuah senjang. Serta bagian penutup biasanya berisi permintaan maaf dan ucapan perpisahan yang dilantunkan pesenjang kepada para penonton. Di dalam senjang mengandung nilai seperti nilai moral, kritik, edukatif, sehingga sangat memberikan pelajaran pada kehidupan bermasyatrakat. Untuk itu, senjang akan terus dilestarikan agar kelak semua generasi dapat menikmatinya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.