Program “SARAH" PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field Membantu Pemerintah Kota Prabumulih dan Masyarakat Sekitar Operasi
“SARAH” dalam bahasa Rambang, Prabumulih dan sekitarnya berarti sampah. Sampah sendiri yaitu semua jenis sisa atau bekas dari hasil kegiatan yang sudah tidak terpakai. Biasanya ketika mendengar kata sampah pikiran kita selalu tertuju kepada hal-hal yang kotor atau negatif, bahkan bisa jadi sesuatu yang tidak berguna.
Proses pengelolaan sampah dimulai dari masing-masing Rumah Dinas Perusahaan (RDP). Penghuni menyortir sendiri sampah rumah tangga ke dalam dua kategori yaitu Organik dan sampah plastik non organik, ditandai dengan dua kantong yang berbeda. Petugas kebersihan kemudian seperti biasa akan mengambil sampah rumah tangga dan memasukkannya ke dalam Pusat Pengolahan Sampah terpadu berdasarkan kategorinya.
Sementara itu, kantong-kantong berisi sampah non organik akan disetor ke Pusat Daur Ulang (PDU) di Sungai Medang, Prabumulih yang sebelumnya ditimbang. Bersama dengan sumber plastik dari Kota, plastik SARAH dipilah, disobek, dibersihkan dan kemudian diolah menjadi bahan mentah plastik untuk dijual.
Sebagai reward untuk penduduk yang secara konsisten telah memilah sampah untuk memperlancar jalannya program SARAH, pengelola membagikan sayur segar hasil kebun Pertaganik yang penanaman sayurnya menggunakan pupuk kompos hasil SARAH.
Program berjalan dengan dukungan dari Pemerintah Kota Prabumulih. Dinas kebersihan mendukung penuh SARAH untuk tumbuh membesar dengan memberikan akses angkutan sampah di komperta. Pemkot juga mempersilakan perusahaan untuk sama-sama menggunakan area PDU dalam pengolahan sampah non organik. Tujuan perusahaan dalam mengurangi sampah terintegrasi dengan target Dinas Kebersihan dalam menurunkan angka tumpukan sampah di TPA.
Program SARAH telah merubah banyak hal, mulai dari perbaikan kualitas lingkungan hidup di sekitar hingga merubah perilaku masyarakat, khususnya masyarakat penerima manfaat program. Masyarakat yang selama ini lebih individualistis menjadi rutin bersosialisasi.
Tidak hanya itu, melalui kegiatan SARAH WoW (Workshop On Weekend) dan Sunday Market anak-anak dan ibu-ibu yang biasanya hanya bermain game dan beraktifitas di rumah masing-masing kini memiliki forum bermain dan berkumpul yang edukatif.
Hal ini membuat intensitas mereka untuk bersosialisasi satu sama lain menjadi lebih sering dan guyub. Selain itu, sampah yang berhasil diolah oleh Program Sarah selama ini sudah berhasil menekan jumlah kiriman sampah organik maupun anorganik ke TPA sebesar lebih kurang 40 ton per tahun. Sayur yang dihasilkan juga berhasil merubah kebiasaan orang untuk beralih mengkonsumsi sayuran organik.
Kebiasaan ini memang sulit karena harga sayuran organik cenderung lebih mahal, namun secara medis lebih baik bagi tubuh dibandingkan sayuran dengan paparan pupuk kimia. Selanjutnya, pemanfaatan Sarah Tricho Compost oleh sejumlah petani karet yang terbukti mampu mengurangi jamur karet yang selama ini menjadi musuh para petani.
Hal ini menunjukkan bahwa Program SARAH memiliki banyak manfaat yang dapat merubah lingkungan maupun kebiasaan masyarakat menjadi lebih baik. Hal terakhir, melalui rangkaian kegiatan dalam Program SARAH, masyarakat secara perlahan teredukasi akan pentingnya menerapkan kebiasaan hidup baru selama pandemi COVID-19.
Masyarakat sudah secara sadar dan aktif dalam menjaga pola hidup yang bersih serta secara swadaya memulai untuk membangun kebun ketahanan pangannya sendiri, mulai kebun sayur, kebun toga hingga budidaya ikan dalam ember. Secara ekonomi memang tidak besar dampaknya, namun paling tidak masyarakat memiliki ketersediaan pangan, minimal selama pandemi COVID-19.
CSR Staff, Erwin Hendra Putra menyampaikan, bahwa Program SARAH telah berhasil dan akan dikembangkan lebih besar lagi karena keberhasilan program ini.
“PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field membantu pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah sampah melalui program SARAH. Tindak lanjut program ini, kita sinergikan dengan membantu perekonomian masyarakat melalui kelompok. Diharapkan program dapat berkelanjutan, sehingga stakeholder yang ada di Wilayah Kerja Pertamina (WKP) merasakan kehadiran perusahaan melalui program CSR kita. Harapan yang lebih penting adalah masyarakat dapat membantu operasional perusahaan untuk memenuhi kebutuhan Migas Nasional.” Jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Syamsul Asinar Radjam saat ditemui di Kebun SARAH “Urban Farming” mengatakan, bahwa pihaknya telah merancang terobosan baru yang akan pengembangan di program Sarah di masa yang akan dating.
“Kami telah merancang sejumlah terobosan diantaranya, memaksimalkan potensi pemanfaatan, daur ulang, dan pengolahan sampah organik. Bila selama ini kami fokus pada daur ulang sampah organik menjadi kompos, ke depan Sarah akan mengolahnya menjadi pakan ternak, bahan bakar alternatif, bahkan pengendali hama penyakit tumbuhan, bahan pembeku lateks alami sebagai pengganti asam semut (cuka parah) yang banyak dibutuhkan petani karet di Prabumulih, dan bahan penyerap (adsorben) untuk mengatasi tumpahan minyak di perairan,” ujarnya.
Lanjutnya, pihaknya berharap melalui program Sarah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. “INAgri sebagai mitra penggagas program SARAH berharap program ini menjadi sumbangsih dalam pemberdayaan masyarakat dan pemulihan lingkungan hidup, baik di tingkat lokal Prabumulih, atau bahkan dapat direplikasi di wilayah lain,” pungkasnya.(Alex)
Post a Comment