BERANTAS DIABETIC FOOT ULCER PADA LANSIA PENDERITA DM
Ria Anggraini, S.Kep., Ns
Mahasiswi Magister Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Mahasiswi Magister Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Prevalensi penderita Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Data dari Riskesda menunjukkan proporsi umur yang paling banyak menderita DM berada dikelompok umur 55-64 tahun sebesar 6,3% dan diikuti oleh kelompok umur 65-74 tahun sebesar 6,0% (Riskesda, 2018).
Salah satu komplikasi serius dari DM adalah neuropati perifer. Neuropati perifer dapat meningkatkan risiko diabetic foot ulcer (ulkus kaki diabetik) (Tyrovolas, 2015). Beberapa penelitian menunjukkan banyak pasien DM di Indonesia yang berisiko terkena diabetic foot ulcer karena kurang pengetahuan mengenai diabetic foot ulcer (Zang P, & Lu J, 2017).
Diabetic foot ulcer yang dialami penderita DM tipe 2 memerlukan pencegahan yang tepat untuk menjaga kualitas hidup dan mengurangi kejadian amputasi dan kematian (National Diabetes Working Group, 2011). Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetic foot ulcer adalah edukasi perawatan kaki, latihan fisik teratur dan menjaga berat badan ideal, menghentikan kebiasaan merokok dan melakukan perawatan kaki (Walsh JW, & Hoffstad OJ, 2015).
Latihan fisik teratur merupakan salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya diabetic foot ulcer. Latihan fisik dan olahraga mampu meningkatkan distribusi muatan plantar dinamis, meningkatkan konduksi kecepatan saraf dan meningkatkan mobilitas kaki dan mengurangi insiden diabetic foot ulcer (Misnadiarly, 2006).
Latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia adalah senam kaki (Barners ED, 2012). Senam kaki adalah latihan fisik yang dilakukan penderita diabetes untuk melancarkan peredaran darah di area kaki dan mencegah terjadinya luka (Kobori M, 2017).
Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative tingkat dasar bagi lanjut usia. Pelayanan kesehatan dasar dengan konsep Puskesmas Santun Lansia merupakan salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan kesehatan lansia.
Merujuk Permenkes RI no.67 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat, maka program Poksila adalah salah satu program yang ada di Puskesmas dan ditujukan khusus untuk para lansia. Melalui program ini dapat dilakukan promosi kesehatan bagi para lansia penderita DM. Promosi kesehatan yang dapat dilakukan salah satunya adalah latihan senam kaki untuk mencegah diabetic foot ulcer. Promosi kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan bagi para lansia dan memotivasi lansia untuk berprilaku lebih baik agar derajat kesehatan lansia meningkat.
Peran perawat komunitas sebagai agen perubahan untuk merubah perilaku dan pola pikir serta memotivasi bagi lansia penderita DM sangat penting. Keahlian perawat dalam mengembangkan program inovasi adalah bukti bahwa perawat merupakan kelompok logis yang mampu berperan aktif memotivasi lansia penderita DM untuk melakukan perubahan perilaku dan pola pikir dengan cara pendekatan proaktif kepada penderita dan keluarga secara terintegerasi, serta dapat menggunakan prinsip kemitraan dalam mengimplementasikan program yang akan dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada Lansia penderita DM .
Post a Comment