Jhon Edwin H, Caleg Muda Kolektor Uang Kuno Dari Prabumulih
PRABUMULIH, SS - Ternyata uang kuno (Numismatik) masih tetap eksis hingga saat ini, banyak kolektor yang mencari bahkan rela mengeluarkan uang dalam jumlah berapapun demi menambah koleksi pribadinya.
Mengkoleksi suatu barang atau benda yang susah dicari atau barang langka jelas membutuhkan kesabaran dan juga ketelatenan. Hal ini diungkapkan Jhon Edwin H, satu dari sekian banyak kolektor uang kuno.
Berawal dari keinginan untuk mempelajari sejarah bangsa, Jhon Edwin H kini menjelma menjadi kolektor uang kuno. Tak tanggung-tanggung, koleksinya pun kini berjumlah puluhan ribu lembar dan keeping. Mulai duit masa penjajahan sampai rupiah keluaran terbaru, semuanya tersimpan rapi dikediamannya di Jalan Bukit Barisan Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih.
“Awalnya hanya rasa keingintahuan mengenai sejarah bangsa Indonesia, karena masing-masing uang memiliki ceritanya sendiri-sendiri,” ujar pria kelahiran 2 Februari 1990 itu.
Menurut Jhon, meski uang itu sudah tidak laku, tapi pada setiap lembaran dan kepingannya terdapat sejarah yang tak terpisahkan. Salah satunya dulu ada yang namanya Oeang Republik Indonesia (ORI).
“Setelah Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, saat itu kita belum mempunyai uang sendiri, di masyarakat masih beredar uang Belanda, Jepang dan uang De Javasche Bank. Selain itu, pada saat sekutu yang tergabung dalam Nertherlands Indies Civil Administration (NICA) kembali menyerang Indonesia pada 29 September 1945, mereka juga menerbitkan uang NICA yang memicu inflasi sehingga membuat kacau ekonomi Indonesia. Untuk mengatasinya, pemerintah mengambil langkah strategi demi mengurangi pengaruh NICA. Akhirnya, pada 2 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat bahwa uang NICA itu tidak berlaku lagi di wilayah RI. Pemerintah juga terus ngebut memproduksi uang sendiri yang dinamakan Oeang Republik Indonesia (ORI),” terangnya.
Lanjut pria yang maju mencalonkan diri dalam Pemilihan Legislatif Sumatera Selatan tahun 2019 ini, bahwa uang kuno tidak sebatas dinikmati, tetapi, harus paham betul dan cerita dibalik uang tersebut. Uang adalah bukti sejarah, setiap uang dicetak, selalu ada sejarah yang mengikuti. Banyak peristiwa sejarah yang terkait dengan uang.
“Contohnya lagi yakni uang seri hewan tahun 1957, pada waktu itu uang tersebut ditandatangani oleh Perdana Menteri yang ternyata terlibat pemberontakan PRRI Persemesta di Sumatera,” jelas Caleg dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini.
Dibeberkannya, bahwa dirinya mulai menyukai uang-uang kuno sejak tahun 2012 silam. Saat itu ia memiliki uang pecahan 1000 bergambar lompat batu, 500 bergambar orang utan dan pecahan 100 bergambar kapal pinisi. Sejak saat itu, dirinya pun mulai mengkoleksi uang kuno dari berbagai jenis nominal.
Saat ini koleksinya berjumlah sekitar 7520 lembar uang kertas dan 22000 keping uang logam. Ia pun dengan telaten merawat dengan membungkus lembar demi lembar koleksinya dengan plastik bening sebelum diselipkan ke dalam sebuah album, sehingga koleksinya tersebut terlihat masih baru tanpa ada lipatan sedikitpun.
Dari sekian banyak uang kuno yang dimiliki, koleksi yang menjadi kebanggaannya ialah uang kuno bergambar presiden pertama Indonesia dan Jenderal Sudirman. Tidak sedikit lembaran rupiah dari kedua tokoh tersebut yang disimpannya. Antara lain gambar Soekarno pecahan Rp 100 tahun 1960, Rp 500 1960, Rp 1000 1960 (dua variasi). Sedangkan uang bergambar Jenderal Sudirman yakni pecahan Rp 5000 tahun 1968, Rp 10.000 1968.
‘’Selain itu ada juga pecahan Rp 500 bergambar harimau dan Rp 1000 gambar gajah. Koleksi saya yang ada di rumah lebih banyak lagi. Banyak yang saya selipkan ke dalam sebuah album,” bebernya.
Tak hanya memburu uang kuno, uang keluaran baru pun juga tidak ketinggalan. Ia mendapatkan uang yang cukup unik yakni, dua lembar dan empat lembar pecahan 100 ribu yang masih menyambung alias belum digunting.
“Saya mendapatkan uang unik itu dengan mengikuti lelang Bank Indonesia,” ungkapnya.
Jhon mengaku bahwa uang kuno yang dikoleksinya itu hanya sekedar menyalurkan hobi, ia belum berpikir untuk investasi. Namun ia juga tak menampik jika nanti ada orang datang menawar koleksinya tersebut.(Nr01)
Post a Comment